~ Bidadari itu Telah di Khitbah...part. 1~

Saturday, February 14, 2009
"Vi, minggu besok kamu harus pulang kerumah yah ada hal penting yang ingin ibu bicarakan"
"emang ada apa toh bu?"
"sudahlah nduk,pokoknya kamu nurut saja yah.."
"ya udah bu"
"assalaamu'alaykum..."
"wa'alaykumsalam..".
Vila sendiri jadi bingung setelah ibunya tiba-tiba menyuruh dia untuk pulang. Tapi tak apalah..,toh dia juga sudah kangen dengan keluarganya...

Hari sabtu pagi dia sudah siap-siap untuk pulang ke kampung halamannya. Kota Semarang tempat dia menimba ilmu memang panasnya bukan main. Tapi demi mencapai cita-citanya panasnya kota Semarangpun mampu ia tahlukan. Yah.., vila memanglah seorang akhwat yang tangguh dan ceria, dia selalu mengerjakan tugas-tugasnya dengan cekatan dan selalu enjoy. Tak heran pada semester 5 ini IPnya sampai 3,6. IP yang bagus..,dan hanya mahasiswa yang rajin saja yang mampu untuk mendapatkannya...
Dia sengaja pulang ke rumahnya dengan menggunakan kaligung. Selain biayanya yang murah,naik kereta juga sangat segar...tidak panas. Beberapa menit kemudian kereta yang ia tunggupun datang pukul 08.30 Wib. Dia segera mencari tempat duduk yang kosong, karena kecekatannya wajar saja jika dia selalu mendapatkan tempat duduk yang kosong ketika dia mudik kerumahnya.

Beberapa saat kemudian kereta itu mulai meninggalkan stasiun dorang. Sementara Vila larut menikmati keindahan pemandangan dari jendela kereta. Subhanallah betapa indah Alloh menciptakan keindahan alam ini. Para pedagang asonganpun mulai menawarkan jualannya kepada penumpang. Yah,seperti biasa meskipun dia sangat suka dengan pemandangan di luar sana dia tetap saja bisa terlelap dalam mimpinya. Jam 12.30 dia sudah sampai di stasiun tegal. Kemudian dia segera meneruskan perjalanannya ke bumiayu. Dengan langkah yang cepat dia segera naik angkot berwarna kuning untuk menuju ke pertigaan jambon. Yah, dia lebih memilih untuk menunggu bus ke Bumiayu di tempat itu. Tampaknya, dia tak terlalu repot membawa barang-barangnya, kali ini dia cuma membawa tas yang menempel di bahunya.
Desir debu pun kerapkali menghampirinya tapi baginya itu tak menjadi masalah. Setelah menunggu sepuluh menit bus yang ia nantipun datang. Dengan segera dia naik ke bus itu, dengan tajam pandangannya mencari tempat duduk yang kosong. Sekali lagi dia beruntung, ada satu tempat duduk yang kosong. Kemudian dengan segera dia duduk di tempat itu. Pandangannya hanya tertuju ke tempat itu. Setelah sekitar satu menit dia duduk tiba-tiba ada seorang ikhwan yang memanggilnya.
"Vila..!"
Dia kaget dengan panggilan itu. Kemudian dia mencari sumber suara itu. Oh, ternyata ikhwan itu ada di sebelahnya.
"oh..,ka evan yah?!!"
"iya, kamu pulang sendirian de? Emang ada apa tho?"
"iya neh, aku juga ga tau ka,tiba-tiba ibu menyuruhku untuk pulang".
Disepenjang perjalanan mereka mengobrol. Vila sendiri jadi bingung kenapa evan seorang ikhwan yang lumayan pendiam berani tanya-tanya kepada dia. Padahal selama 2 tahun dia mengenalnya jarang sekali mereka ngobrol.

Satu setengah jam kemudian dia sudah sampai dirumahnya. Keluarganya menyambut vila dengan gembira.

Sementara dirumah evanpun tak jauh berbeda. Sejak ayahnya meninggal dia hanya hidup dengan ibunya. Evan adalah ikhwan yang sangat sholeh dan cerdas. Dari SD sampai dia Kuliah dia selalu mendapatkan nilai yang baik. Dan meskipun lingkungan di tempatnya tinggal itu bisa dikatakan ambrul adul namun tak pernah sedikitpun dia tergoda untuk mengikuti teman-teman seusianya. Jarangsekali dia membatah perkataan ibunya.
Pada suatu malam tiba-tiba ibunya bertanya kepada dia.
"Van, kamu kan sudah lulus kuliah, sudah kerja, dan SK mu juga sudah turun. Terus kamu mau apa van?"
"mau nikah bu". Jawabnya polos.
"emang kamu udah punya calonya apa?"
" belum bu, aku juga tidak tau mau menikah dengan siapa?"
"lho, ko belum tau seh nduk.., ibu kan sudah tua ibu mau sebelum ibu meninggal kamu sudah bisa memberikan menantu kepada ibu. Ibu ingin menimang cucu. Kamu tau kan nduk, kamu ini anak tunggal. Hanya kamu satu-satunya harapan ibu". Papar ibu evan.
Sementara evan hanya diam saja. Dia tidak bisa berkata apa-apa meskipun didalam hatinya ada sejuta kata namun semua itu tak bisa dia ungkapkan.
"Nduk, ko kamu diam saja?! Apa kamu sudah punya wanita pilihan untuk kau jadikan sebagai istrimu?"
Sekali lagi evan tak mampu menjawab pertanyaan dari ibunya, dan tiba-tiba kenapa terbayang Vila dipikirannya saat ibunya bertanya tentang wanita yang dia sukai. Dia jadi teringat percakapannya yang tak sengaja itu di bus beberapa hari yang lalu. Setelah sadar bahwa dia telah memikirkan seorang akhwat dia segera beristighfar.
Belum sempat menjawab pertanyaan dari ibunya tiba-tiba ibunya berkata lagi,
" baiklah, kalau kamu diam saja. Sebernya satu minggu yang lalu teman ibu berbicara kepada ibu, dia punya seorang putri. Dan ibu yakin anak teman ibu itu pasti sholehah. Dan dia ingin kamu menjadi menantunya. Kalau kau setuju 3 minggu lagi kita akan mengkhitbahnya. Dan ibu juga sangat menginginkan dia menjadi menantu ibu. Tolong penuhilah permintaan ibumu ini nak...".
Evan hanya bisa mengangguk... Padahal ada hal yang ingin dia sampaikan kepada ibunya tentang seorang akhwat yang sempat membuatnya tertarik. Tetapi mendengar permintaan ibunya yang sungguh-sungguh membuatnya tak bisa berkutik. Apa yang akan terjadi dengan evan?! Bagaimana dengan akhwat yang pernah menarik hatinya? Bersambung...

2 comments:

Jayadi Gusti said...

Indah ya pertemanan kalau memang karena Allah, tapi sayang aku ga diajak-ajak!

Snow said...

aku boleh usul buwat cerita " Bidadari itu telah dikhitbah"selanjutnya ga????
Mas Evan itu jadinya sama mba Via yah??? eh saalah maksudnya mba Villa Ya???